Rabu, 08 Februari 2012

raja ampat surganya para penyelam

Raja Ampat adalah kabupaten baru hasil pemekaran Kabupaten Sorong dengan luas wilayah + 4,6 juta hektar. Sekitar 85% dari luas wilayah tersebut merupakan lautan, sementara sisanya adalah gugusan pulau karang dan atol sejumlah + 610 pulau dengan empat pulau besar. Dari ratusan pulau-pulau tersebut, hanya 35 pulau saja yang dihuni oleh penduduk asli. Raja Ampat menyimpan berbagai terumbu karang terlengkap di dunia. Dari tebing dengan ketinggian sekitar 100 meter..kita masih bisa melihat ikan-ikan di dasar laut karena perairannya yang cukup bening seperti kaca. Pesona dan kekayaan alam bawah laut, menjadi andalan Kabupaten Raja Ampat menembus persaingan dunia pariwisata di Indonesia dan dunia. Kawasan ini dikenal sebagai pusat sumber daya alam tropis terkaya di dunia. Selain itu, Raja Ampat juga menjadi rumah bagi berbagai spesies burung seperti : Cendrawasih, Maleo, Nuri, Kakatua serta beragam bunga anggrek.
Meskipun masih berusia dini, Raja Ampat mampu menyedot wisatawan mancanegara sebanyak 5 ribu orang per tahun pada 2009. Targetnya, kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 6 ribu di tahun 2010.

Asal mula nama Raja Ampat
Berdasarkan cerita rakyat setempat tentang asal muasal penguasa di empat pulau terbesar yaitu Pulau Misool, Salawati, Batanta, dan Waigeo yang mana dalam cerita disebutkan bahwa dahulu kala ada seorang perempuan yang menemukan 7 buah telur, di mana empat di antaranya menetas dan menjelma menjadi pangeran-pangeran. Para pangeran ini lalu berpisah dan menjadi raja di ke empat pulau tersebut, sehingga kawasan ini kemudian dijuluki Raja Ampat.

Kepulauan Raja Ampat tak hanya dianggap sebagai taman laut terbesar di Indonesia, namun diyakini memiliki kekayaan biota laut terbesar di dunia. Terkuaknya panorama alam bawah laut Raja Ampat bermula ketika seorang penyelam ulung berkebangsan Belanda bernama Max Ammer mengunjungi kawasan ini.

Situs Nationalgeographic menyebutkan, kunjungan pertama Max Ammer pada tahun 1990 ke Raja Ampat bermula dari keinginannya untuk menelusuri kapal dan pesawat yang karam pada masa Perang Dunia II.

Penelusurannya ini sangat berkesan, sehingga pada tahun 1998 ia mengajak Gerry Allen, seorang ahli perikanan (Ichthyologist) dari Australia, untuk mengadakan survei di tempat ini. Betapa terkejutnya Gerry Allen melihat sumber daya bawah laut yang begitu beragam dalam jumlah yang sangat besar.

Gerry Allen kemudian mengontak Conservation International (CI) untuk mengadakan survei kekayaan bawah laut di perairan Raja Ampat pada tahun 2001 dan 2002. Hasil survei ini membuktikan bahwa perairan Raja Ampat merupakan kawasan terumbu karang dengan kekayaan biota laut terbesar di dunia. Masih menurut situs Nationalgeographic, kawasan ini memiliki setidaknya 1.300 spesies ikan, 600 jenis terumbu karang, serta 700 jenis kerang, belum lagi berbagai jenis kura-kura, ganggang, dan ubur-ubur.

Dalam catatan fotografi bawah laut di kawasan Raja Ampat, menyebutkan bahwa kandungan kekayaan biota laut Raja Ampat paling besar di seluruh area segitiga koral dunia, yaitu Philipina-Indonesia-Papua Nugini. Segitiga koral ini merupakan jantung kekayaan terumbu karang dunia yang dilindungi dan ditetapkan berdasarkan konservasi perlindungan alam internasional. Dari sekitar 600-an jenis terumbu karang di dunia, 75% di antaranya berada di perairan Raja Ampat.

Dengan begitu luasnya perairan Raja Ampat serta kekayaan biota lautnya yang beragam, maka wisatawan yang ingin menikmati panorama bawah laut dapat memilih beberapa titik penyelaman. Di sekitar Pulau Kri, misalnya, wisatawan dapat menyaksikan keindahan terumbu karang serta berbagai jenis ikan yang sangat menakjubkan, termasuk jenis ikan queensland grouper yang terkenal, ikan kuwe, kakap, kerapu, hiu karang, tuna, napoeleon wrasse, barracuda, serta giant trevally. Kekayaan berbagai jenis ikan di kawasan Pulau Kri ini pernah dibuktikan oleh Gerry Allen , di mana dalam sekali menyelam ia mencatat setidaknya terdapat 283 jenis ikan. Jumlah yang sangat mencengangkan untuk satu kali penyelaman.

Wisatawan yang berminat mengunjungi Raja Ampat dapat bertolak dari Jakarta atau kota-kota besar lainnya menuju Bandara Domine Eduard Osok, Sorong, Papua Barat. Penerbangan dari Jakarta menuju Sorong biasanya transit terlebih dahulu di Makassar atau Manado. Dari Bandara Domine Eduard Osok, wisatawan bisa segera melanjutkan perjalanan menuju Raja Ampat menggunakan kapal cepat berkapasitas 10 orang dengan biaya sekitar 3,2 juta rupiah sekali jalan. Perjalanan dengan kapal cepat memerlukan waktu sekitar 3-4 jam. merupakan satu-satunya ujung tombak pertahanan terakhir bagi karang di dunia
tidak ada yang kecewa setelah berkunjung ke raja ampat.
langsung aja cekidot:








































A sunset in Raja Ampat

A diver finishes diving for the day

A beautiful Sandbar in Raja Ampat

A diver standing on the beach in raja ampat

Jumping offthe jetty in raja ampat

A landscape of raja ampat

A manta ray

A boat waiting in raja ampat

A snorkler preparing to waddle around

This picture shows how abundant fish are in raja ampat

pancaran sinar di bawah laut

gerombolan ikan kakap

malam di papua dengan taburan bintang-bintang di langit

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons